Kembang Wali (Syabab Zuhuur Awliyak)

 


ABOUT ME


Razali Bin Hassan
Singapore
Master of Pencak Silat Kembang Wali.
View my complete profile


LINKS

pencak silat
persisi
persilat
kidi
nur alhayat
hikam
al-risalah
istilah-istilah tasauf
suluk
martabat tujuh
sufi islam
yaya

 


September 18, 2006
Makrifat kepada Allah sebagai puncak tujuan hamba.

Marifah kepada Allah adalah puncak keuntungan seseorang hamba. Maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepada-Nya, tidak usahlah kau hiraukan berapa banyak amal perbuatanmu; meskipun masih sangat sedikit amal kebaikanmu sekalipun. Sebab marifah merupakan suatu karunia pemberian langsung dari Allah, maka ia sekali-kali tidak bergantung pada banyak atau sedikitnya amal kebaikan.

IDZAA FATAHA LAKA WIJHATUN MINAT TA-ARRUFI FALAA TUBAALI MAAHAA IN QALLA AMALUKA FAINNAHU MAA FATAHAHAA LAKA ILLA HUWA YURIIDU AN YATA-ARRAFA ILAIKA ALAM TA-LAM ANNAT TA-ARRUFA HUWA MUURIDUHU ALAIKA WAL A-MAALU ANTA MUHDIHAA ILAIHI WA-AINA MAA TUHDIIHI ILAHI MIMMAA HUWA MUURIDUHU ALAIKA.


Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk marifah, maka jangan menghiraukan soal amalmu yang sedikit, sebab Tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Dia akan memperkenalkan diri kepadamu.Tidakkah kau ketahui bahwa marifah itu semata-mata pemberian karunia Allah kepadamu, sedang amal perbuatanmua hadiah daripadamu, maka dimanakah letak perbandingannya antara hadiyah dengan pemberian karunia Allah kepadamu?

Fitrah manusia mengenal Allah, baik dalam pengertian aam(umum) maupun dalam arti khush (khusus). Yang dimaksud mengenal Allah dalam pengertian umum ialah pengenalan iman kepada Allah, sebagaimana yang dikaji dalam aqoidul iman yang sangat mendasar. Itulah ilmu tauhid yang disebut sebagai inti agama. Atau pokok dari segala yang pokok. Dengan kata lain, tauhid merupakan keyakinan yang paling dasar untuk diajarkan kepada setiap manusia sebelum lebih jauh menjalar pada aspek-aspek lain dalam agama.

Adapun yang dimaksud pengenalan secara khusus ialah mengenal Allah dalam arti Marifatullah (melihat Allah) dengan matahati. Maka ia melihat Tak ada perbuatan yang bertebaran di alam ini , kecuali perbuatan Allah; Tak ada nama yang melekat pada suatu apapun, melainkan nama Allah; Tak ada sifat yang mewarnai diri, kecuali sifat Allah; Tak ada zat yang meliputi makhluk, melainkan Zat Allah. Dengan tahapan Ilman Yaqin, Ainul Yaqin, Haqqul Yaqin dan Akmalul Yaqin[1][1].

Anugrah Allah kepada hamba yang dikasihiNya merupakan lensa marifah yang hakiki kepada-Nya. Sebab bagi orang yang tak dapat anugerah Allah, ia mengenal Tuhan mereka menurut versi angan khayal mereka. Seperti Firaun yang menuhankan dirinya, Namrud menuhankan patung batu (arca) dan di zaman kini banyak orang yang menuhankan sesuatu selain Allah, seperti menuhankan kekuatan alam dan teknologi. Mereka itu sebagai contoh orang yang tidak mendapat anugerah marifah dari Allah.

Jika Allah telah menunjukkan kepada hamba-Nya dengan sebagian sebab-sebab sehingga ia menjadi orang yang marifah, kemudian kepadanya dibukakan pintu kemarifahan yang tetap (sakinah) sehingga ia mendapat ketenangan yang luar biasa. Dan ini merupakan nikmat yang paling besar.

Hal ini pernah dialami oleh Nabi Ibrahim as dalam mengenal Tuhannya: Dan demikian Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: Inilah Tuhanku. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:Saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: Inilah Tuhanku. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah akau termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan[2][2].

Ibrahim as. dapat anugerah marifah kepadaNya dengan melalui perjalanan yang tentunya melelahkan, tetapi hal itu telah diganti dengan rasa nikmat yang besar serta ketenangan yang sangat luar biasa.

Kemudian yang terjadi pada perjalanan Nabi Musa as. dalam mengenal Tuhannya:

Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu. Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah , tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku[3][3]. Dan telah Kami janjikan kepada Musa sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: Gantikanlah aku dalam (meminpin ) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan ketika Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya, berkatalah Musa: Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, gunung itu jadi hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman[4][4].

Liku liku perjalanan Nabi Ibrahim as dan Nabi Musa as dalam mencari Tuhannya yang sebenarnya tampak penuh dengan tantangan . Tetapi semua peristiwa yang dialaminya bermuara pada alur bimbingan-Nya, mereka tidak bisa mengelak dari alur itu. Maka itulah yang disebut Anugerah Allah. Sehingga mereka berdua menemukan Ilahul Haq alias Tuhan yang sesungguhnya, yaitu Allah.

Apabila kamu dibukakan pintu marifah yang hakiki maka janganlah kamu hiraukan amalmu yang sedikit. Sebab di atas telah diterangkan bahwa marifah itu adalah anugerah dari Allah yang datangnya tidak menggantungkan akan banyak atau sedikitnya amal kebaikan.

Marifah adalah anugerah Allah yang didasari kasih Tuhan kepada hamba-Nya. Adapun amal ibadah sebagai persembahan hamba kepada Tuhannya. Dimisalkan; anugerah itu seperti martabat seorang budak yang diangkat oleh raja menjadi perdana menteri. Adapun amal ibadah seumpama upeti rakyat kepada rajanya. Maka betapa sangat jauh perbedaan antara keduanya.

Ketahuilah wahai para salikin! Sesungguhnya maksud dan tujuan kebanyakan manusia memperbanyak amal kebaikan itu adalah agar mereka dapat mendekatkan (Taqarrub) dirinya kepada Allah dengan amal itu. Tetapi perlu disadari bahwa itu tidak akan berubah maksudnya karena banyak atau sedikitnya amal seorang hamba.

Dalam hal ini dapat dimisalkan seperti orang yang sedang menderita sakit, disebabkan penyakit yang dideritanya maka menjadi berkuranglah ibadahnya kepada Allah. Boleh jadi penyakit yang dideritanya itu sebagai sebab dan isyarat terbukanya pintu kemarifahan kepada Allah.

Oleh sebab itu jangan mempunyai perasaan banyaknya amal ibadah yang tertinggal disebabkan sakit. Dengan sakit yang dideritanya itu bisa merasa dekat dengan Allah. Perasaan lapang dada, luas hatinya dan telah meninggalkan berbagai kenikmatan dunia seraya diiringi oleh rasa cinta negeri akhirat. Juga telah siap tuk meninggalkan dunia nan fana sebelum kematian itu datang. Ini juga sebagai pertanda orang yang telah mendapatkan Nur Ilahi atau anugerah Allah. Kesadarannya bahwa Allah bisa berbuat apa saja menurut kehendaknya, sebagai tanda kearifannya .


posted at 9/18/2006 06:08:00 PM by Razali Bin Hassan:: 0 comments: permalink


ARCHIVES

June 2006
July 2006
August 2006
September 2006
October 2006
January 2007
April 2007
May 2007
September 2007
October 2009

RECENT POSTS

Meraih Cinta Abadi
Kasih Rasulullah saw
Mursyid dan Tarikah
Wasilah
Ihsan
Bab Pertama: Sekilas Tasauf
Bab Ke Dua: Kesaksian Ulama
Bab Ke Tiga: Tasauf dalam Islam
Bab Ke Empat: Tasauf dan Syariat
Bab ke Lima: Tasauf dan Hakikat

CREDITS

©Kembang Wali (Syabab Zuhuur Awliyak)

©Design by Websong

Powered by Blogger

 

TAGBOARD






Scrollbar By, CarrielynnesWorld.com